kabarins.com – Jakarta, Ketua Umum Alumni Presidium 212, Aminuddin, menolak hasil Ijtima Ulama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) yang merekomendasikan dua pasangan capres dan cawapres untuk Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019. “Seharusnya Ijtima Ulama GNPF tidak menekan partai politik untuk menjalankan rekomendasi,” kata Aminuddin, Jumat, 3 Agustus 2018. “Sebab hasilnya hanya rekomendasi.”
Aminuddin menjelaskan, rekomendasi GNPF belum bisa disebut mewakili kalangan ulama. Pasalnya, ulama dari kalangan Nadlatul Ulama (NU) atau Muhammadiah bahkan organisasi Islam lain juga mempunyai nama capres dan cawapres sendri-sendiri.
Alumni 212 Tolak Capres-Cawapres Versi GNPF
Sebelumnya, GNPF menggelar Ijtima Ulama pada 29 Juli lalu. Dalam pertemuan tersebut, GNPF merekomendasikan dua nama capres dan cawapres untuk Pilpres 2019. Mereka adalah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al-Jufri. Kemudian, Prabowo Subianto dengan Ustad Abdul Somad.
Ustad Abdul Somad secara tak langsung menolak menjadi cawapres. Alih-alih, Abdul Somad memposting poster bergambar Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Al-Jufri dengan tulisan “Duet Maut Tentara-Ulama”. Somad pun menyebut Prabowo-Salim Segaf adalah pasangan tawazun (seimbang) antara ketegasan tentara dan kelembutan ulama, Jawa non-Jawa, serta kombinasi nasionalis-religius.
Sementara itu, Salim Segaf menyatakan PKS akan mengikuti hasil Ijtima Ulama GNPF ini. “Awalnya kan PKS mengajukan sembilan nama. Tapi kemudian muncul dua rekomendasi ulama, tentu kami terima,” kata Salim Segaf. “Rekomendasi ulama ini pasti melalui kajian, jadi kami harus apresiasi.”
(epr/tem)
Baca Juga:







